Minggu, 29 Maret 2015

Sensor Fisika dan Kimia

Berdasarkan variabel yang diindranya, sensor dikategorikan ke dalam dua jenis :

1. Sensor Fisika 

    Sensor Fisika merupakan jenis sensor yang mendeteksi suatu besaran berdasarkan hukum-hukum fisika, yaitu seperti sensor cahaya, suara, gaya, ke-cepatan, percepatan, maupun sensor suhu. Contoh :

Rangkaian komponen Sensor Thermocople (Fisika)

2. Sensor Kimia

    Jenis sensor kimia merupakan sensor yang mendeteksi jumlah suatu zar kimia dengan jalan mengubah besaran kimia men-Electrodes Ring structure jadi besaran listrik dimana di dalamnya dilibatkan beberapa reaksi kimia, seperti misal-nya pada sensor pH, sensor oksigen, sensor ledakan, serta sensor gas. Contoh :



Sensor Kadar Karbondioksida (Kimia)


   Sensor digunakan dalam kehidupan sehari-hari, dimana aplikasinya mencakup berbagai bidang, yaitu seperti : automobile, mesin, kedokteran, industri, robot, maupun aerospace.
   Dalam lingkungan sistem kontrol dan robotika, sensor memberi fungsi seperti layaknya mata, pendengaran, hidung, maupun lidah yang kemudian akan diolah oleh kontroller sebagai otaknya.

Berikut adalah beberapa jenis sensor yang dapat dijumpai di lapangan

A. Sensor proximity

   Sensor proximity merupakan sensor atau saklar yang dapat mendeteksi adanya target jenis logam dengan tanpa adanya kontak fisik. Biasanya sensor ini tediri dari alat elektronis solid-state yang terbungkus rapat untuk melindungi dari pengaruh getaran, cairan, kimiawi, dan korosif yang berlebihan. Sensor proximity dapat diaplikasikan pada kondisi penginderaan pada objek yang dianggap terlalu kecil atau lunak untuk
menggerakkan suatu mekanis saklar. 

B.  Sensor Magnet

   Sensor Magnet atau disebut juga relai buluh, adalah alat yang akan terpengaruh medan magnet dan akan memberikan perubahan kondisi pada keluaran. Seperti layaknya saklar dua kondisi (on/off) yang digerakkan oleh adanya medan magnet di sekitarnya. Biasanya sensor ini dikemas dalam bentuk kemasan yang hampa dan bebas dari debu, kelembapan, asap ataupun uap.

C. Sensor Sinar

   Sensor sinar terdiri dari 3 kategori. Fotovoltaic atau sel solar adalah alat sensor sinar yang mengubah energi sinar langsung menjadi energi listrik, dengan adanya penyinaran cahaya akan menyebabkan pergerakan elektron dan menghasilkan tegangan. Demikian pula dengan Fotokonduktif (fotoresistif) yang akan memberikan perubahan tahanan (resistansi) pada sel-selnya, semakin tinggi intensitas cahaya yang terima, maka akan semakin kecil pula nilai tahanannya. Sedangkan Fotolistrik adalah sensor yang berprinsip kerja berdasarkan pantulan karena perubahan posisi/jarak suatu sumber sinar (inframerah atau laser) ataupun target pemantulnya, yang terdiri dari pasangan sumber cahaya dan penerima.

D. Sensor Ultrasonik

   Sensor ultrasonik bekerja berdasarkan prinsip pantulan gelombang suara, dimana sensor ini menghasilkan gelombang suara yang kemudian menangkapnya kembali dengan  perbedaan waktu sebagai dasar penginderaannya. Perbedaan waktu antara gelombang suara dipancarkan dengan ditangkapnya kembali gelombang suara tersebut adalah berbanding lurus dengan jarak atau tinggi objek yang memantulkannya. Jenis objek yang dapat diindera di antaranya adalah: objek padat, cair, butiran maupun tekstil.

E. Sensor Tekanan

   Sensor tekanan - sensor ini memiliki transduser yang mengukur ketegangan kawat, dimana mengubah tegangan mekanis menjadi sinyal listrik. Dasar penginderaannya pada perubahan tahanan pengantar (transduser) yang berubah akibat perubahan panjang dan luas penampangnya.  Strain gage adalah sebuah contoh transduser pasif yang mengubah pergeseran mekanis menjadi perubahan tahanan. Sensitivitas sebuah strain gage dijelaskan dengan suatu karakteristik yang disebut factor gage (factor gage), K, yang didefinisikan sebagai perubahan satuan tahanan dibagi dengan perubahan satuan panjang.

Perubahan tahanan R pada sebuah konduktor yang penjangnya l dapat dihitung dengan menggunakan persamaan bagi tahanan dari sebuah konduktor yang penampangnya serba sama, yaitu :


F. Sensor Kecepatan

   Proses penginderaan sensor kecepatan merupakan proses kebalikan dari suatu motor, dimana suatu poros/object yang berputar pada suatu generator akan menghasilkan suatu tegangan yang sebanding dengan kecepatan putaran object. Kecepatan putar sering pula diukur dengan menggunakan sensor yang mengindera pulsa magnetis (induksi) yang timbul saat medan magnetis terjadi.

G. Sensor Penyandi (Encoder)

   Sensor Penyandi (Encoder) digunakan untuk mengubah gerakan linear atau putaran menjadi sinyal digital, dimana sensor putaran memonitor gerakan putar dari suatu alat. Sensor ini biasanya terdiri dari 2 lapis jenis penyandi, yaitu; Pertama, Penyandi rotari tambahan (yang mentransmisikan jumlah tertentu dari pulsa untuk masing-masing putaran) yang akan membangkitkan gelombang kotak pada objek yang diputar. Kedua,
Penyandi absolut (yang memperlengkapi kode binary tertentu untuk masing-masing posisi sudut) mempunyai cara kerja sang sama dengan perkecualian, lebih banyak atau lebih rapat pulsa gelombang kotak yang dihasilkan sehingga membentuk suatu  pengkodean dalam susunan tertentu.


H. Sensor Suhu

    Terdapat 4 jenis utama sensor suhu yang umum digunakan, yaitu thermocouple (T/C), resistance temperature detector (RTD), termistor dan IC sensor.
   Thermocouple pada intinya terdiri dari sepasang transduser panas dan dingin yang disambungkan dan dilebur bersama, dimana terdapat perbedaan yang timbul antara sambungan tersebut dengan sambungan referensi yang berfungsi sebagai pembanding. Resistance Temperature Detector (RTD) memiliki prinsip dasar pada tahanan listrik dari logam yang bervariasi sebanding dengan suhu. Kesebandingan variasi ini adalah presisi dengan tingkat konsisten/kestabilan yang tinggi pada pendeteksian tahanan. 
   Platina adalah bahan yang sering digunakan karena memiliki tahanan suhu, kelinearan, stabilitas dan reproduksibilitas. 
   Termistor adalah resistor yang peka terhadap panas yang biasanya mempunyai koefisien suhu negatif, karena saat suhu meningkat maka tahanan menurun atau sebaliknya. Jenis ini sangat peka dengan perubahan tahan 5% per C sehingga mampu mendeteksi perubahan suhu yang kecil. 
   Sedangkan IC Sensor adalah sensor suhu dengan rangkaian terpadu yang menggunakan chipsilikon untuk kelemahan penginderanya. Mempunyai konfigurasi output tegangan dan arus yang sangat linear. 


Karakteristik Beberapa Thermocouple
J-TC Thermocouple
JTC merupakan sensor yang mengubah besaran suhu menjadi tegangan, dimana sensor ini dibuat dari sambungan dua bahan metallic yang berlainan jenis.
Sambungan ini dikomposisikan dengan campuran kimia tertentu, sehingga dihasilkan beda potensial antar sambungan yang akan berubah terhadap suhu yang dideteksi.

NTC (Negative Temperature Coefficient)
Lain halnya dengan JTC, NTC merupakan sensor yang mengubah besaran suhu menjadi hambatan. 
NTC dibuat dari campuran bahan semikonduktor yang dapat menghasilkan hambatan intrinsik yang akan berubah terhadap temperatur.

Platinum Pt 100
Platinum Pt 100 pada plant kontrol suhu memiliki fungsi yang hampir sama dengan sensor NTC, dimana letak perbedaannya adalah pada bahan pembuatan sensor. 
Platinum Pt 100 dibuat dari platinum dengan resistansi nominal 100Ω
pada suhu 0 derajat C.


I. Sensor Efek Hall

   Sensor Efek-Hall dirancang untuk merasakan adanya objek magnetis dengan perubahan posisinya. Perubahan medan magnet yang terus menerus menyebabkan timbulnya pulsa yang kemudian dapat ditentukan frekuensinya, sensor jenis ini biasa digunakan sebagai pengukur kecepatan.
   Sensor Hall Effect digunakan untuk mendeteksi kedekatan (proximity), kehadiran atau ketidakhadiran suatu objek magnetis (yang) menggunakan suatu jarak kritis. Pada dasarnya ada dua tipe Half-Effect Sensor, yaitu tipe linear dan tipe on-off. Tipe linear  digunakan untuk mengukur medan magnet secara linear, mengukur arus DC dan AC pada konduktordan funsi-fungsi lainnya. Sedangkan tipe on-off digunakan sebagai limit switch, sensor keberadaan (presence sensors), dsb. Sensor ini memberikan logika output sebagai interfacegerbang logika secara langsung atau mengendalikan beban dengan buffer amplifier.

Diagram Hall Effect

                                            Keterangan gambar :
                                            1. Elektron
                                            2. Sensor Hall atau Elemen Hall
                                            3. Magnet 
                                            4. Medan Magnet
                                            5. Power Source

   Gambar diagram hall effect tersebut tersebut menunjukkan aliran elektron. Dalam gambar A menunjukkan bahwa elemen Hall mengambil kutub negatif pada sisi atas dan kutub positif pada sisi bawah. Dalam gambar B dan C, baik arus listrik ataupun medan magnet dibalik, menyebabkan polarisasi juga terbalik. Arus dan medan magnet yang dibalik ini menyebabkan sensor Hall mempunyai kutub negatif pada sisi atas.
Hall Effect tergantung pada beda potensial (tegangan Hall) pada sisi yang berlawanan dari sebuah lembar tipis material konduktor atau semikonduktor dimana arus listrik mengalir, dihasilkan oleh medan magnet yang tegak lurus dengan elemeh Hall.
   Perbandingan tegangan yang dihasilkan oleh jumlah arus dikenal dengan tahanan Hall, dan tergantung pada karakteristik bahan. Dr. Edwin Hall menemukan efek ini pada tahun 1879.
   Hall Effect  dihasilkan oleh arus pada konduktor. Arus terdiri atas banyak beban kecil yang membawa partikel-partikel (biasanya elektron) dan membawa gaya Lorentz pada medan magnet. Beberapa beban ini berakhir di sisi – sisi konduktor. Ini hanya berlaku pada konduktor besar dimana jarak antara dua sisi cukup besar. Salah satu yang paling penting dari Hall Effect adalah perbedaan antara beban positif bergerak dalam satu arah dan beban negatif bergerak pada kebalikannya. Hall Effect memberikan bukti nyata bahwa arus listrik pada logam dibawa oleh elektron yang bergerak, bukan oleh proton. Yang cukup menarik, Hall Effect juga menunjukkan bahwa dalam beberapa substansi (terutama semikonduktor), lebih cocok bila kita berpikir arus sebagai “holes” positif yang bergerak daripada elektron.

Pengukuran Tegangan Hall

Dengan mengukur tegangan Hall yang melalui bahan, kita dapat menentukan kekuatan medan magnet yang ada. Hal ini bisa dirumuskan :

   Dimana : 
   VH  = Tegangan yang melalui lebar pelat 
   I = Arus yang melalui panjang pelat 
   B = Medan magnet 
   d = Tebal pelat 
   e = Elektron
   n = Kerapatan elektron pembawa. 

Dalam keberadaan kekuatan medan magnetik yang besar dan temperatur rendah, kita dapat meneliti quantum Hall effect, yang dimana adalah kuantisasi tahanan Hall. 

   Dalam bahan ferromagnetik (dan material paramagnetik dalam medan magnetik), resistivitas Hall termasuk kontribusi tambahan, dikenal sebagai Anomalous Hall Effect (Extraordinary Hall Effect), yang bergantung secara langsung pada magnetisasi bahan, dan sering lebih besar dari Hall Effect biasa. Walaupun sebagai sebuah fenomena yang dikenal baik, masih ada perdebatan tentang keberadaannya dalam material yang
bervariasi. Anomalous Hall Effectbisa berupa efek ekstrinsik bergantung pada putaran yang menyebar dari beban pembawa, atau efek intrinsik yang dapat dijelaskan dengan efek Berry phase dalam momentum spacekristal.

   Hall effect menghasilkan level sinyal yang sangat rendah dan membutuhkan amplifikasi. Amplifier tabung vakum pada abad 20 terlalu mahal, menghabiskan tenaga dan kurang andal dalam aplikasi sehari-hari. Dengan pengembangan IC berharga murah maka Hall Effect Sensor menjadi berguna untuk banyak aplikasi. Alat Hall Effect saat disusun dengan tepat akan tahan dengan debu, kotoran, lumpur dan air. Sifat ini menyebabkan alat Hall Effect lebih baik untuk sensor posisi daripada alat alternatif lainnya seperti sensor
optik dan elektromekanik.  Hall effect sensor sering dipakai untuk Split ring clamp-on sensor, Analog multiplication, Power sensing, Position and motion sensing, Automotive ignitiondan fuel injectionserta
Wheel rotation sensing. Sensor ini banyak tersedia di berbagai macam pabrik, dan digunakan untuk sensor-sensor yang bervariasi seperti sensor aliran cairan, sensor power dan sensor tekanan.

   Sensor Efek Hall digunakan untuk mendeteksi kedekatan (proximity), kehadiran atau ketidakhadirannya suatu objek magnetis (yang) menggunakan suatu jarak kritis. Pada dasarnya ada dua tipe Hall-Effect Sensor, yaitu tipe linear dan tipe on-off. Tipe linear digunakan untuk mengukur medan magnet secara linear, mengukur arus DC dan AC pada konduktor dan fungsi-fungsi lainnya. Sedangkan tipe on-off digunakan sebagai limit switch, sensor keberadaan (presence sensors), dsb. Sensor ini memberikan logika output
sebagai interface gerbang logika secara langsung atau mengendalikan beban dengan buffer amplifier.




Sumber : Buku Ajar Sensor dan Transduser - Iwan Setiawan, S.T., M.T.
              Program Studi Sistem Komputer - Universitas Diponegoro

Sabtu, 14 Maret 2015

Sensor dan Transduser

1. Pengertian dan Identifikasi Transduser dan Sensor

Transduser dapat didefinisikan sebagai suatu peranti yang dapat mengubah suatu energi ke bentuk energi yang lain. Bagian masukan dari transduser disebut “sensor”, karena bagian ini dapat mengindera suatu kuantitas fisik tertentu dan mengubahnya menjadi bentuk energi yang lain.

TRANSDUSER

2. Klasifikasi Sensor

Transduser dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa hal antara lain:
a. Pemakaiannya / penggunaannya
b. Motode Pengubahan energi
c. Sifat – sifat dasar dari sinyal keluaran
Semua pengelompokkan ini biasanya memperlihatkan daerah yang saling melengkapi, sangat sulit untuk membedakan secara tajam klasifikasi berdasarkan hal di atas.

a. Klasifikasi Sensor Berdasarkan pemakaian atau penggunaannya

Berdasarkan pemakaian atau penggunaannya, sensor dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, antara lain:
1. Sensor Thermal (suhu)
2. Sensor Mekanis
3. Sensor Optik (cahaya)
Sensor thermal adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi gejala perubahan panas / suhu / temperatur pada suatu dimensi benda padat, cair atau gas. Contohnya seperti thermocouple, RTD, thermistor, bimetal, IC sensor LM35.
Sensor mekanis adalah sensor yang mendeteksi perubahan gerak mekanis seperti perpindahan atau
pergeseran, posisi gerak lurus dan melingkar, tekanan, aliran, level, dan sebagainya. Contoh sraingage, LVDT (Linear Variabel Diferensial Transformer), proksimiti, potensiometer, Loadcel, Bourdon Tube, Piezo Elektrik dan sebagainya.
Sensor optik atau cahaya adalah sensor yang mendeteksi perubahan cahaya dari sumber cahaya, pantulan cahaya, ataupun bias cahaya yang mengenai benda atau ruangan.Contoh Fotodioda, LDR, Fotofoltaic, Cell Foto Emisive, Foto Multypier, Foto Transistor.

b. Klasifikasi Sensor Berdasarkan Metoda Pengubahan Energinya

Berdasarkan metoda pengubahan energinya, transduser dan sensor dapat
diklasifikasikan menjadi dua jenis (William D.C, 1993), yakni:
1. Jenis transduser jenis pembangkit sendiri (Self Generating Type) yang menghasilkan tegangan atau arus analog bila dirangsang dengan suatu bentuk fisis energi, transduser jenis ini tidak memerlukan daya dari luar untuk mendapatkan atus atau tegangan analog tersebut. Contoh Thermocouple, Fotofoltaic.
2. Transduser yang memerlukan daya dari luar untuk mendapatkan tegangan dan arus keluaran disebut transduser pasif. Contoh thermistor, RTD, LVDT, straingage.

Tabel berikut menyajikan prinsip kerja serta pemakaian transduser dan metoda
pengubahan energinya

c. Klasifikasi Sensor Berdasarkan Sifat – Sifat Dasar Keluaran

Berdasarkan sifat – sifat dasar keluaran transduser dan sensor dapat diklasifikasikan menjadi lima jenis, yakni:

1. Perubahan resistansi
Besaran-besaran yang diindera manghasilkan perubahan resistansi pada keluarannya, contohnya:
a. RTD (Resistance Thermal Detector). Prinsip kerja dari RTD ini adalah mengubah besaran temperature menjadi perubahan tahanan listrik
b. Strain gage. Prinsip kerja dari Strain gage ini adalah mengubah besaran tekanan menjadi perubahan tahanan listrik
c. Thermistor. Prinsip kerja dari Thermistor ini adalah mengubah besaran temperature menjadi perubahan
tahanan listrik

2. Perubahan Kapasitansi
Besaran-besaran yang diindera manghasilkan perubahan kapasitansi pada keluarannya, contohnya adalah Transduser yang digunakan untuk mendeteksi perubahan kelembaban relatif. Prinsip kerja dari transduser ini berdasar pada perubahan kelembaban akan mengakibatkan perubahan konstanta dielektrik medium dan perbahan konstanta dielektrik medium akan mengakibatkan perubahan kapasitansi.


Dari persamaan di atas dapat dianalisasebagai berikut, sebuah kapasitor harga kapasitansinya dipengaruhi oleh medium yakni suatu medium akan mempengaruhi harga konstanta dielektrik (Ke) salah satu kondisi fisis yang dapat mempengaruhi keadaan medium adalah kelembaban relatif, kelembaban relatif tersebut akanmempengaruhi konstanta dielektrik dan pada akhirnya akan mempengaruhi kapasitansi dari sebuah
kapasitor yang dirancang khusus kontak dengan medium, dengan demikian transduser kapasitor dapat mendeteksi kelembaban medium disekitarnya. (untuk PTE).

3. Perubahan Induktansi
Besaran-besaran yang diindera manghasilkan perubahan induktansi pada
keluarannya, contohnya adalah Transduser yang digunakan untuk mendeteksi perubahan
gaya. Prinsip kerja dari transduser ini adalah dengan mengubah induktansi dari sepasang
kumparan atau dengan mengubah induktansi kumparan tunggal. Dengan mengubah
jangkar feromagnetik yang digeser oleh gaya yang akan diukur, dengan mengubah
fermeabilitas medium.

Dari persamaan dan gambar di atas sebuah induktor dapat digunakan untuk
mendeteksi pergeseran benda, benda yang digeser – geser akan mempengaruhi konstanta
permeabilitas dari induktor tersebut, menggeser benda sama artinya dengan mengubah
􀀃􀀄 sehingga harga induktansi akan berubah (untuk PTE).

4. Menghasilkan Arus Listrik
Besaran-besaran yang diindera manghasilkan perubahan arus pada keluarannya, contohnya Fotolistrik. Prinsip kerja dari transduser ini adalah dengan mengubah intensitas listrik menjadi arus listrik.

5. Menghasilkan Tegangan Listrik
Besaran-besaran yang diindera manghasilkan perubahan tegangan pada keluarannya, contohnya:
a. Thermokopel. Prinsip kerja dari transduser ini adalah dengan mengubah temperatur menjadi tegangan listrik.
b. Tacho Generator. Prinsip kerja dari transduser ini adalah dengan mengubah kecepatan putaran menjadi tegangan listrik.

3. Rangkuman



Sumber :
Modul Sensor dan Transduser - Dr. Drs. Jaja Kustija, M.Sc